Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sunday, June 27, 2010

Relawan MER-C: Israel Bangsa Paranoid

Salah satu relawan ditembak mengatakan, di kapal Mavi Marmara hanya ada pensil, buku-buku, makanan, dan sejenisnya. Tapi Israel mengirim pasukan khusus bersenjata lengkap.

Salah satu relawan kemanusiaan dari MER-C Indonesia, Nurfitri Moeslim Taher, menceritakan bagaimana hebatnya virus paranoid tentara Israel saat melakukan penyerangan ke konvoi kapal bantuan kemanusiaan Mavi Marmara menuju Gaza.

Nurfitri menceritakan, relawan yang hanya bawa boneka, buku-buku, pensil, bahan-bahan bangunan, makanan, tapi dihadapi tentara Israel dengan alat-alat perang yang canggih dan lengkap.

"Saat diserang, kita sudah dikelilingi kapal perang, belum lagi helikopter yang menyerang dari atas. Dan sebelum tentara-tentara yang ada di helikopter itu turun, sniper-sniper sudah membabi buta," kata Nurfitri Moeslim Taher, saat menjadi pembicara pada acara diskusi publik Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK) bertajuk "SBY, MER-C dan Pembebasan Gaza" di Ruang Ekselensia, Intiland Tower, Jakarta Pusat, kemarin.

Nurfitri juga memberikan kesaksian bagaimana dia menyaksikan salah satu relawan yang tertembus peluru. Korban tembakan Israel tersebut adalah Chevdet, umurnya kira-kira 40 tahun, relawan dari Turki. Chevdet kena tembak di jidat, diantara dua alisnya

"Peluru yang menembusnya lain dari yang lain, saya tidak tahu persis jenisnya. Peluru jenis ini tidak menghancurkan organ yang ditembak tapi melumpuhkan. Dia korban ketiga yang kita tangani," kisahnya.

Segera Chevdet diangkat dan periksa. Nadinya langsung diperiksa oleh dr Arif Rahman, dokter dari MER-C. Bersama satu orang dokter aktifis Palestina dari Inggris, mereka langsung memeriksa bagian kepala Chevdet.

Ketika baru saja akan memindahkan posisi tangan Chevdet dalam posisinya yang terlentang, terlihat bawah tangannya sudah penuh otak dan darah menggumpal. Dokter perempuan ini langsung menjerit sambil tangannya terus mengusap-ngusap darah syuhada ini.

"Setelah itu, Saya dan beberapa kawan yang ada di dek 4 kapal Mavi Marmara membersihkan jasad Chevdet terutama darah dan otaknya yang masih berhambur. Tak lama kemudian ada relawan yang mengibarkan bendera putih, diayunkan terus tinggi-tinggi. Tapi setelah itu pun masih ada suara tembakan," paparnya.

"Saya bisa menyimpulkan bahwa Israel adalah bangsa yang paranoid," sambungnya lagi.

Mengenai adanya selentingan bahwa relawan yang berangkat ke Gaza karena frustasi, ditanggapi juga Nurfitri. Menurutntya, itu pandangan yang lucu.

"Kalau dibilang frustasi, ngapain capek-capek dan jauh ikut kapal ke Gaza. Cukup di sini aja dangdung-dangdung, ngapaian kek, gitu," katanya sembari tertawa lepas.

Dia mengatakan, untuk bisa ikut sebagai anggota konvoi kapal saja, prosedurnya sangat ribet. Dari MER-C sendiri, kata dia, telah ikut persiapan program kerja ini sudah sejak awal tahun. Pihaknya melakukan lobi agar bisa dapat kursi untuk ikut konvoi. Ketika ada tambahan kursi, mereka coba melobi lagi. Lobi dilakukan panjang lebar. Ada seleksi yang ketat. Saya sendiri sejak awal tahun sudah berkoordinasi dengan IHH.

"Kita juga berusah melobi pihak Ship to Gaza Greece di Yunani, perwakilan kapal Free Gaza Swedia, melobi perwakilan Free Gaza Movement, dan European Campaign," ungkap dia. [ain/www.hidayatullah.com]

0 comments:

Post a Comment

Jaringan

  © Blogger template AutumnFall by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP